Selasa, 29 Maret 2016

Pengendalian Hama Tanaman

BAB I
PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari sejak benih, pembibitan, pemanenan, hingga di gudang penyimpanan selalu tidak luput dari gangguan hama, patogen, gulma atau karena faktor-faktor lingkungan yang tidak sesuai bagi tanaman.
Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil ( virus, bakteri atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama bagi tanaman.  
Pada dasarnya pengendalian hama merupakan setiap usaha atau tindakan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengusir, menghindari dan membunuh spesies hama agar populasinya tidak mencapai aras yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk menghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan populasinya sampai pada aras tertentu yang secara ekonomi tidak merugikan. Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam pengendalian hama haruslah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi.

Ada dua pendekatan pengendalian hama, yaitu proaktif dan reaktif.                                                             
    1. Proaktif adalah upah mengekang perkembangan hama agar populasinya tetap dibawah ambang ekonominya, contohnya seperti penanaman varietas tahan, cara bercocok tanam yang baik,  dan penggunaan musuh alami.
    2. Reaktif adalah upaya menekan perkembangan hama agar populasinya kembali dibawa ambang ekonominya, umumnya berupa pengendalian kimiawi.

Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang. Akibatnya hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya secara ilmiah tikus mempunyai musuh yang memangsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuh tikus itu adalah ular, burung hantu dan elang. Namun, binatang tersebut ditangkap manusia sehingga tikus tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan menjadi hama pertanian.


BAB II
PEMBAHASAN

Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.

BENTUK-BENTUK PENGENDALIAN HAMA TANAMAN
 
Beberapa bentuk pengendalian hama tanaman yaitu : 
      1.      Pengendalian secara Bercocok Tanam
      2.      Pengendalian dengan Varietas Tahan
      3.      Pengendalian secara Fisik dan Mekanik
      4.      Pengendalian secara Biologi (Hayati)
      5.      Pengendalian secara Kimiawi
      6.      Pengelolaan Hama Terpadu 

      1.      Pengendalian Secara Bercocok  Tanam
Prinsip pengendalian hama secara bercocok tanam adalah menciptakan kondisi agro ekosistem tidak sesuai untuk kehidupan dan perkembangbiakan hama tanaman. Sehingga dapat nengurangi laju peningkatan populasi hama. Selain itu juga menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangan musuh alami. Pengendalian hama secara bercocok tanam merupakan tindakan preventif atau pencegahan sehingga harus dilakukan jauh-jauh sebelum ada serangan hama.

·         Kelebihan & Kekurangan Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam
(+) Merupakan teknik budidaya untuk meningkatkan produktivitas  hasil-hasil pertanian.
(+) Tidak memerlukan pengeluaran biaya tambahan.
(+) Tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan pada lingkungan.
(+) Dapat dengan mudah dilakukan dengan oleh petani.
(-)  Hasilnya tidak dapat diperhitungkan secara pasti
(-)  Kurang efektif, sehingga teknik ini harus dipadukan dengan cara-cara pengendalian lain 

·         Beberapa Teknik Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam
a.      Sanitasi
Artinya membersihkan sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman setelah panen. Sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman tersebut seringkali dijadikan sebagai :
-Tempat berlindung
-Tempat berdiapause
-Tempat tinggal sementara sebelum tanaman utama ditanam kembali                              
Dengan melakukan sanitasi berarti kita telah mengurangi populasi awal dari hama tersebut sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman berikutnya menjadi berkurang.
Jadi sanitasi dapat dilakukan terhadap :
-Sisa-sisa tanaman yang masih hidup
-Bagian-bagian tanaan yang terserang hama
-Sisa-sisa tanaman yang telah mati
-Bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal pada permukaan tanah

b.       Pengolahan Tanah
Ada spesies serangga tertentu yang sebagian siklus hidupnya dalam tanah. Contoh:Agrotis iphsilon. Jika tanah diolah serangga tersebut akan terangkat ke atas, mati karena sengatan sinar matahari ataupun ditemukan oleh musuh-musuh alaminya seperti Heliothissp.

c.        Pengairan
Pada daerah yang beririgasi teknis, pengaturan air terutama untuk sawah dapat digunakan untuk pengendalaian hama tertentu pada tanaman padi.

d.      Pergiliran Tanaman
Tujuannya adalah untuk memutuskan siklus hidup hama tertentu. Caranya jangan menanam spesies tanaman yang menjadi inang dari hama tertentu.
Contoh : Padi --) Kacang-kacangan --) Padi
Hama pada padi bukan hama pada kacang-kacangan.

e.       Penanaman Serentak
Penanaman serentak dimaksudkan agar ketersediaan bahan makanan untuk hama menjadi lebih singkat dan pada suatu saat pertanaman tidak ada populasi hama dan populasi hama dapat dihambat.

f.        Pengaturan Jarak Tanam
Jarak tanam sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan juga terhadap populasi hama per unit waktu. Serta berpengaruh terhadap perilaku hama dalam mencari makan dan tempat bertelur. Hasil penelitian di IRRI terlihat bahwa jarak tanam padi yang lebar sangat menurunkan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens).

g.      Pemupukan
Tanaman teh yang terserang hama penggerek batang (Xylobarus fornicatus) di Srilanka dapat dikurangi intensitas serangannya dengan pemberian pupuk N yang cukup. Unsur N dapat merangsang jaringan baru pada bagian yang rusak.

h.      Penanaman Tanaman Perangkap
Tanaman perangkap adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk menarik dan memusatkan hama pada tanaman tersebut untuk kemudian dikendalikan dengan pestisida. Contoh : kacang hijau dan jagung yang di tanam diantara tanaman kapas dapat mengurangi populasi Sundapteryx dan Heliothis sp. Pada tanaman kapas.

i.        Tumpang Sari
Tumpang sari merupakan menanam tanaman yang berbeda dua atau lebih untuk pengendalian hama.

      2.      Pengendalian Dengan Varietas Yang Tahan
Daya tahan tanaman terhadap hama didefinisikan sebagai sifat-sifat yag diturunkan oleh tanaman yang mempengaruhi derajat kerusakan oleh serangga hama
Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan lingkungan yang sama dengan tingkat populasi hama yang sama. Jadi tanaman yang tahan, kehidupan dan perkembangbiakan hama menjadi lebih terhambat dibandingkan apabila populasi tersebut berada pada tanaman yang peka atau tidak tahan. Sifat ketahanan ini merupakan sifat asli yang diturunkan atau terbawa oleh faktor genetik.

·         Tiga Mekanisme Ketahanan Tanaman Menurut Painter 1951
    1)      Preference = Antixenosis, yaitu tanaman tidak dipilih oleh serangga sebagai makanan, tempat bertelur dan tempat berlindung.     

Ada dua faktor yang mendasari tanaman sehingga tidak dipilih oleh hama yaitu :
-Tanaman tidak memiliki sifat-sifat yang menyebabkan serangga hama tertarik (sifat Atraktan).
-Tanaman memiliki sifat-sifat yang menolak (Repellent) yang mengalahkan sifat-sifat yang menyebabkan serangga hama tertarik.
Contoh : Sundapteryx sp. tidak tertarik pada tanaman kapas yang berbulu lebat, karena dapat menghalangi stylet untuk menghisap cairan pada tanaman tersebut.

     2)       Antibiosis
Tanaman ini akan memberikan efek negatif pada serangga hama apabila memakan tanaman tersebut.
Antibiosis berhubungan dengan : 
-Rendahnya kualitas makanan pada tanaman inang.
-Mengurangi jumlah makanan yang diambil oleh hama.
-Adanya zat-zat beracun yang terdapat pada tanaman.
            -Efek negatif yang paling mudah terlihat pada hama adalah  :
-Kematian serangga pada stadia larva atau nimfa
            -Mortalitas pupa meningkat.
            -Imago yang muncul dari pupa tidak normal dan kesuburannya berkurang.
-Stadia imago berkurang.
-Tidak mampu melakukan diapause dengan sempurna.
-Perilaku gelisah pada saat makan tanaman yang tahan.
Kesemua efek negatif ini dapat mengurangi populasi hama tersebut. Contoh :  kandungan gossifo pada kapas sehingga tahan pada Helicoverpa. Kandungan Dimboa pada tanaman jagung (Ostrinia sp.), Kandungan asparagia pada padi (Nilaparvata lugens)

Kelebihan penggunaan varietas tahan :
- Penggunaannya praktis dan mmenguntungkan secara ekonomi.
- Sasaran pengendalian yang spesifik
- Efektivitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten terhadap populasi
- Kompabilitas dengan komponen PHT lainnya.
- Dampak pada lingkungan terbatas.

Kekurangan penggunaan varietas yang tahan:
- Varietas yang tahan daya tahannya terbatas hanya spesies hama tertentu
- Varietas belum tentu disenangi oleh petani
- Memperkenalkan varietas tahan memerlukan waktu untuk penyuluhan.
- Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh varietas tahan cukup besar.
-Tidak mudah menggabungkan ketahanan suatu varietas / plasma nuftah kedalam varietas baru.
-Dapat menghasilkan biotipe baru pada serangga hama.

       3)      Toleransi
Adalah kemampuan tanaman untuk tumbuh atau sembuh kembali dari kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama. Sehingga serangga hama tidak berpengaruh pada hasil.

Mekanisme toleransi dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut:
-Kekuatan tanaman secara umum.
-Pertumbuhan kembali jaringan yang rusak.
-Ketegaran batang dari perebahan.
-Produksi cabang-cabang tambahan.
-Pemanfaatan lebih efisien oleh serangga.

      3.      Pengendalian Fisik & Mekanik

·         Pengendalian Fisik
Merupakan usaha dengan menggunakan atau mengubah faktor lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat mematikan atau menurunkan populasi hama yang ditujukan khusus untuk membunuh hama.

Beberapa perlakuan atau tindakan yang termasuk pengendalian fisik antara lain:
      a.       Perlakuan Panas
Perlakuan dengan panas yang paling berhasil apabila dilakukan pada ruang tertutup. Seperti di gudang penyimpanan untuk mematikan hama gudang.
      b.      Penggunaan Lampu Perangkap
Ditujukan sebagai alat memonitoring serangga juga dapat digunakan sebagai alat pengendali terutama untuk mengurangi populasi serangga hama.
      c .       Penghalang atau Barrier
Dimaksudkan untuk membatasi pergerakan serangga hama sehingga tidak menjadi masalah bagi petani. Berbagai bentuk penghalang misalnya berupa pemtang yang ditinggikan, adanya lubang atau selokan jebakan yang dibuat disekeliling pertanaman. buah yang di bungkus dimaksudkan untuk mencegah serangga meletakkan telur pada buah tersebut. 
Contoh : Nangka yang dibungkus, untuk mencegah lalat buah meletakkan telur.
  
·         Pengendalian Secara Mekanik
Bertujuan untuk mematikan hama secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan alat atau bahan lain.

Cara pengendalian secara mekanik antara lain:
-Pengambilan dengan tangan, cara ini merupakan teknik yang paling sederhana dan murah.
Contoh : Tryporiza innotata kelompok telurnya dikumpul.
-Gropyokan, cara ini untuk mematikan tikus baik yang ada di dalam sarang maupun yang berada di luar  sarang, dengan menggunakan alat pemukul.-Memasang perangkap, serangga dapat diperangkap dengan menggunakan berbagai jenis perangkap, seperti lem lalat dan perangkap tikus.-Pengusiran, orang-orangan sawah untuk mengusir burung atau dengan bunyi-bunyian.

Kelebihan  dan kekurangan pengendalian secara  fisik  dan mekanik :
-Tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
-Dapat dipadukan dengan cara pengendalian lainnya.
-Memerlukan tenaga yang banyak
-Tidak dapat dilakukan untuk lokasi yang luas secara kontinyu.

       4.      Pengendalian Secara Biologi (Hayati)
Pengendalian hayati adalah suatu pengendalian hama yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasi musuh-musuh alami untuk menurunkan populasi hama.
Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai pegaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alami hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada dibawah rata-ratanya atau lebih rendah di bandingkan apabila musuh alami tidak ada.
Pengendalian alami adalah merupakan proses pengendalian yang berjalan dengan sendiri tanpa ada campur tangan manusia. Pengendalian alami terjadi tidak hanya karena bekerjanya musuh-musuh alami tetapi juga karena bekerjanya komponen-komponen ekosistem.

Komponen-komponen pengendalian hayati dapat berupa :
      a.      Parasitoid dan Parasit
Parasit adalah binatang atau organisme yang hidup didalam atau pada organisme lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Karena memakan atau menghisap cairan inangnya.
Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga lain. Pada parasitoid yang bertindak sebagai parasit adalah stadia pradewasa, sedangkan imagonya hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya.

Faktor-faktor yang mendukung efektivitas pengendalian dengan parasitoid yaitu :
-Daya kelangsungan hidupnya baik
-Hanya satu atau sedikit individu inang yang diperlukan untuk melengkapi siklus hidupnya.
-Populasi parasitoid dapat bertahan meskipun dalam keadaan populasi yang rendah.
-Memiliki inang yang sempit.
-Kelemahan parasitoid sebagai pengendali:
-Daya cari inang seringkali dipengaruhi oleh cuaca
-Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang melakukan pencarian inang untuk        
  peletakan telur.
-Parasitoid yang memiliki daya cari inang biasanya jumlah telurnya sedikit.

       b.      Predator.
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa organisme yang lain.

Perbedaan antara parasitoid dengan predator : 
-Parasitoid umumnya nersifat monofag atau oligofag, sedangkan predator bersifat poliphag. 
-Parasitoid hanya memerlukan satu inang untuk perkembangannya, sedangkan predator memerlukan
  banyak mangsa untuk menyelesaikan siklus hidupnya. 
-Yang mencari inang pada parasitoid adalah imago betina, sedangkan pada predator yang mencari
  mangsa adalah jantan dan betina, juga pradewasanya.
-Predator mematikan mangsa untuk dirinya, sedangkan parasitoid mematikan inang untuk
  keturunannya.
-Parasitoid ukuran tunuhnya lebih kecil dibanding inangnya,, predator ukuran tubuhnya lebih besar
 dari mangsanya.
-Metamorfosis parasitoid adalah sempurna, sedangkan predator ada yang sempurna dan tidak
 sempurna.
-Parasitoid memarasit inangya pada stadia tertentu, misalnya larva. Sedangkan predator memangsa
 semua stadia perkembangan mangsanya.
-Parasitoid mematikan inangya memerlukan waktu yang agak lama, predator mematikan mangsanya
 dalam waktu yang singkat.

     c.       Patogen
Serangga seperti juga organisme lainnya dalam hidupnya juga diserang oleh banyak patogen atau penyakit yang disebabkan oleh: Virus, Cendawan, Bakteri, Nematoda, dan  Protozoa.    
Beberapa patogen yang dalam kondisi lingkungan tertentu merupakan faktor mortalitas utama pada populasi serangga. Oleh karena kemampuannya membunuh serangga hama sehingga sejak lama patogen digunakan dalam pengendlian hayati


       4. Penerapan Pengendalian Hayati


1)      Introduksi
Introduksi artinya memasukkan atau mengimpor musuh alami dari suatu daerah atau negeri ke   daerah lain sering kali cara ini disebut sebagai cara klasik
Contoh : Introduksi Tetrastichus brontispae untuk mengendalikan Brontispa longissimadari pulau Jawa ke  Sulawesi Selatan. Introduksi Curinus coreolius dari Hawaii untuk mengendalikan Heteropsylla cubana (kutu loncat) di indonesia.

2)      Augmentasi
Augmentasi merupakan teknik penambahan musuh alami secara periodik dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah dan pengaruh musuh alami

3)       Konservasi
Konservasi merupakan usaha untuk mempertahankan atau melestrarikan musuh lami yang telah ada di suatu daerah . tekhnik ini bnertujuan untuk menghindarkan tindakan yang dapat menurunkan populasi musuh alami conto penggunaan pestisida. 

      5.      Pengendalian Secara Kimiawi
Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama tanaman saat ini banyak menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas terlihat, selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus juga dapat menyebabkan resistensi hama dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa berbahaya apabila dikonsumsi manusia. Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian hama secara ramah lingkungan, seperti penggunan pestisida nabati atau biopestisida.
Selain dengan pestisida nabati ada salah satu cara pengendalian hama tanaman secara ramah lingkungan yaitu dengan memanfaatkan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dan serangga (hama). Serangga menggunakan senyawa kimia untuk berkomunikasi dengan serangga lain, demikian juga dengan tumbuhan memiliki senyawa kimia yang dikeluarkan untuk menarik serangga penyerbuk (attractant), ataupun untuk mempertahankan diri (protectant). Dengan memanipulasi senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh serangga ataupun tanaman diharapkan akan dapat menurunkan populasi hama dengan cara menghambat kehadiran hama tersebut dalam suatu areal pertanaman budidaya. Senyawa-senyawa kimia yang digunakan oleh serangga untuk berkomunikasi dengan serangga lain ataupun dengan tumbuhan diantaranya adalah:
1)      Feromon, merupakan bahan yang disekresikan oleh organisme, dan berguna untuk berkomunikasi secara kimia dengan sesamanya dalam spesies yang sama. Berdasarkan fungsinya ada dua kelompok feromon yaitu:
a.          Feromon “releaser”, yang memberikan pengaruh langsung terhadap sistem syaraf pusat individu penerima untuk menghasilkan respon tingkah laku dengan segera. Feromon ini terdiri atas tiga jenis, yaitu feromon seks, feromon jejak, dan feromon alarm.
b.         Feromon primer, yang berpengaruh terhadap system syaraf endokrin dan reproduksi individu penerima sehingga menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis.
2)      Allomon, adalah suatu senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang dilepas oleh suatu organisme dan menimbulkan respon pada individu spesies lain. Organisme pelepas memperoleh keuntungan, sedang penerimanya dirugikan. Bagi tumbuhan, allomon ini dapat dipakai sebagai sifat pertahanan dari serangan serangga herbivora. Allomon dapat juga dilepaskan oleh serangga untuk menolak predator.
3)      Kairomon, adalah suatu senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang dilepas oleh suatu organisme dan menimbulkan respon fisiologis dan perilaku pada individu spesies lain. Senyawa kimia tersebut menimbulkan keuntungan adaptif bagi serangga, individu penerima. Sebagai contoh adalah kairomon yang dihasilkan tanaman jagung, yaitu tricosan, yang dapat menarikTrichogramma evanescens agar dapat menemukan inangnya, yaitu telurHelicoverpa zea.
4)      Apneumon, adalah senyawa kimia yang menjadi penghubung antara serangga dengan benda mati. Serangga tersebut terus berkembang biak dengan suburnya dan menjadi makanan beberapa spesies predator.
5)      Sinomon, adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme yang dapat menimbulkan respon fisiologis atau perilaku yang memberikan keuntungan adaptif pada kedua belah pihak.

      6.      Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini, konsepsi PHT telah sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida dalam kerangka penerapan PHT secara konvensional ini menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan.
Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah satu pertimbangan dasar, pentingnya melakukan introduksi teknologi PHT, adalah adanya pergeseran strategi pembangunan dari pendekatan pertumbuhan, top down, dan bersifat jangka pendek (pola pembangunan konvensional) ke arah pendekatan pembangunan pemerataan, partisipatif, jangka panjang dan berkelanjutan yang disebut pola pembangunan berkelanjutan
Penggunaan PESTISIDA  dan PUPUK KIMIA menjadi hal yang penting  dalam dunia pertanian saat  ini,namun ternyata penggunaan yang berlangsung secara terus menerus dan dalam dosis yang tinggi akhirnya penggunaan bahan kimia tidak lagi memberikan solusi peningkatan hasil-hasil pertanian.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1.      Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia.
2.      Pendekatan pengendalian dapat berupa proaktif dan reaktif
3.      Beberapa bentuk pengendalian hama tanaman yaitu : 
·         Pengendalian secara Bercocok Tanam
·         Pengendalian dengan Varietas Tahan
·         Pengendalian secara Fisik dan Mekanik
·         Pengendalian secara Biologi (Hayati)
·         Pengendalian secara Kimiawi
·         Pengelolaan Hama Terpadu 
             4.      Teknik pengendalian hama secara bercocok tanam terdiri dari sanitasi, pengolahan tanah, pengairan,pergiliran tanaman, penanaman serentak, pengaturan jarak tanam, pemupukan, penanaman tanaman perangkap, dan tumpang sari

3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca khususnya para petani agar dapat melakukan pengendalian hama dengan baik dan benar tanpa mematikan sepesies itu sendiri dan juga tidak merusak lingkungan sekitarnya.
Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena penulis masih dalam proses pembelajaran. Dan penulis harapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadikan wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberikan saran yang sifatnya membangun.