BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman dari sejak benih, pembibitan, pemanenan, hingga di
gudang penyimpanan selalu tidak luput dari gangguan hama, patogen, gulma atau
karena faktor-faktor lingkungan yang tidak sesuai bagi tanaman.
Tumbuhan tidak
selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh
binatang atau organisme kecil ( virus, bakteri atau jamur). Hewan dapat disebut
hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang,
ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang
sering menjadi hama bagi tanaman.
Pada dasarnya
pengendalian hama merupakan setiap usaha atau tindakan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk mengusir, menghindari dan membunuh spesies
hama agar populasinya tidak mencapai aras yang secara ekonomi merugikan.
Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk menghilangkan spesies hama sampai
tuntas, melainkan hanya menekan populasinya sampai pada aras tertentu yang
secara ekonomi tidak merugikan. Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun
yang diterapkan dalam pengendalian hama haruslah tetap dapat
dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi.
Ada dua pendekatan pengendalian
hama, yaitu proaktif dan reaktif.
1. Proaktif adalah upah mengekang perkembangan hama
agar populasinya tetap dibawah ambang ekonominya, contohnya seperti penanaman
varietas tahan, cara bercocok tanam yang baik,
dan penggunaan musuh alami.
2. Reaktif adalah upaya menekan perkembangan hama
agar populasinya kembali dibawa ambang ekonominya, umumnya berupa pengendalian
kimiawi.
Secara
alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun,
karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang. Akibatnya hama
tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi adalah hama
tikus. Sesungguhnya secara ilmiah tikus mempunyai musuh yang memangsanya. Musuh
alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuh tikus itu
adalah ular, burung hantu dan elang. Namun, binatang tersebut ditangkap manusia
sehingga tikus tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus
menjadi sangat banyak dan menjadi hama pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN
Hama adalah organisme yang
merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain
tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
BENTUK-BENTUK
PENGENDALIAN HAMA TANAMAN
Beberapa bentuk pengendalian hama tanaman yaitu :
1.
Pengendalian secara Bercocok Tanam
2.
Pengendalian dengan Varietas Tahan
3.
Pengendalian secara Fisik dan Mekanik
4.
Pengendalian secara Biologi (Hayati)
5.
Pengendalian secara Kimiawi
6.
Pengelolaan Hama Terpadu
1.
Pengendalian Secara Bercocok Tanam
Prinsip
pengendalian hama secara bercocok tanam adalah menciptakan kondisi agro ekosistem
tidak sesuai untuk kehidupan dan perkembangbiakan hama tanaman. Sehingga dapat
nengurangi laju peningkatan populasi hama. Selain itu juga menciptakan kondisi
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan musuh alami. Pengendalian hama secara
bercocok tanam merupakan tindakan preventif atau pencegahan sehingga harus
dilakukan jauh-jauh sebelum ada serangan hama.
·
Kelebihan & Kekurangan Pengendalian Hama Secara Bercocok
Tanam
(+)
Merupakan teknik budidaya untuk meningkatkan produktivitas hasil-hasil
pertanian.
(+)
Tidak memerlukan pengeluaran biaya tambahan.
(+)
Tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan pada lingkungan.
(+)
Dapat dengan mudah dilakukan dengan oleh petani.
(-)
Hasilnya tidak dapat diperhitungkan secara pasti
(-)
Kurang efektif, sehingga teknik ini harus dipadukan dengan cara-cara
pengendalian lain
·
Beberapa Teknik Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam
a.
Sanitasi
Artinya membersihkan sisa-sisa atau
bagian-bagian tanaman setelah panen. Sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman tersebut
seringkali dijadikan sebagai :
-Tempat berlindung
-Tempat berdiapause
-Tempat tinggal sementara sebelum tanaman utama ditanam
kembali
Dengan
melakukan sanitasi berarti kita telah mengurangi populasi awal dari hama
tersebut sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman berikutnya menjadi
berkurang.
Jadi sanitasi dapat dilakukan terhadap :
-Sisa-sisa tanaman yang masih hidup
-Bagian-bagian tanaan yang terserang hama
-Sisa-sisa tanaman yang telah mati
-Bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal
pada permukaan tanah
b.
Pengolahan Tanah
Ada spesies serangga tertentu yang sebagian
siklus hidupnya dalam tanah. Contoh:Agrotis
iphsilon. Jika tanah diolah serangga tersebut akan terangkat ke atas, mati
karena sengatan sinar matahari ataupun ditemukan oleh musuh-musuh
alaminya seperti Heliothissp.
c.
Pengairan
Pada daerah yang beririgasi teknis,
pengaturan air terutama untuk sawah dapat digunakan untuk pengendalaian hama
tertentu pada tanaman padi.
d.
Pergiliran
Tanaman
Tujuannya adalah untuk memutuskan siklus
hidup hama tertentu. Caranya jangan menanam spesies tanaman yang menjadi inang dari
hama tertentu.
Contoh
: Padi --) Kacang-kacangan --) Padi
Hama
pada padi bukan hama pada kacang-kacangan.
e.
Penanaman Serentak
Penanaman
serentak dimaksudkan agar ketersediaan bahan makanan untuk hama menjadi lebih
singkat dan pada suatu saat pertanaman tidak ada populasi hama dan populasi
hama dapat dihambat.
f.
Pengaturan Jarak
Tanam
Jarak
tanam sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan juga terhadap populasi
hama per unit waktu. Serta berpengaruh terhadap perilaku hama dalam mencari
makan dan tempat bertelur. Hasil penelitian di IRRI terlihat bahwa jarak tanam
padi yang lebar sangat menurunkan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens).
g.
Pemupukan
Tanaman
teh yang terserang hama penggerek batang (Xylobarus fornicatus) di Srilanka dapat dikurangi intensitas
serangannya dengan pemberian pupuk N yang cukup. Unsur N dapat merangsang
jaringan baru pada bagian yang rusak.
h.
Penanaman Tanaman
Perangkap
Tanaman
perangkap adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk menarik dan memusatkan hama
pada tanaman tersebut untuk kemudian dikendalikan dengan pestisida. Contoh :
kacang hijau dan jagung yang di tanam diantara tanaman kapas dapat mengurangi
populasi Sundapteryx dan Heliothis sp. Pada tanaman
kapas.
i.
Tumpang
Sari
Tumpang sari merupakan menanam tanaman yang
berbeda dua atau lebih untuk pengendalian hama.
2.
Pengendalian Dengan Varietas Yang Tahan
Daya tahan tanaman terhadap hama didefinisikan sebagai
sifat-sifat yag diturunkan oleh tanaman yang mempengaruhi derajat kerusakan
oleh serangga hama
Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang
lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan lingkungan
yang sama dengan tingkat populasi hama yang sama. Jadi tanaman yang tahan,
kehidupan dan perkembangbiakan hama menjadi lebih terhambat dibandingkan
apabila populasi tersebut berada pada tanaman yang peka atau tidak tahan. Sifat
ketahanan ini merupakan sifat asli yang diturunkan atau terbawa oleh faktor
genetik.
·
Tiga Mekanisme Ketahanan Tanaman Menurut Painter 1951
1)
Preference = Antixenosis,
yaitu tanaman tidak dipilih oleh serangga sebagai makanan, tempat bertelur dan
tempat berlindung.
Ada
dua faktor yang mendasari tanaman sehingga tidak dipilih oleh hama yaitu :
-Tanaman tidak memiliki sifat-sifat yang menyebabkan serangga
hama tertarik (sifat Atraktan).
-Tanaman memiliki sifat-sifat yang menolak (Repellent) yang
mengalahkan sifat-sifat yang menyebabkan serangga hama tertarik.
Contoh
: Sundapteryx sp.
tidak tertarik pada tanaman kapas yang berbulu lebat, karena dapat menghalangi
stylet untuk menghisap cairan pada tanaman tersebut.
2)
Antibiosis
Tanaman
ini akan memberikan efek negatif pada serangga hama apabila memakan tanaman
tersebut.
Antibiosis
berhubungan dengan :
-Rendahnya kualitas makanan pada tanaman
inang.
-Mengurangi jumlah makanan yang diambil
oleh hama.
-Adanya zat-zat beracun yang terdapat pada
tanaman.
-Efek negatif yang paling mudah
terlihat pada hama adalah :
-Kematian serangga pada stadia larva atau nimfa
-Mortalitas pupa meningkat.
-Imago yang muncul dari pupa tidak
normal dan kesuburannya berkurang.
-Stadia imago berkurang.
-Tidak mampu melakukan diapause dengan sempurna.
-Perilaku gelisah pada saat makan tanaman
yang tahan.
Kesemua efek negatif ini dapat mengurangi
populasi hama tersebut. Contoh : kandungan gossifo pada kapas sehingga
tahan pada Helicoverpa.
Kandungan Dimboa pada tanaman jagung (Ostrinia sp.),
Kandungan asparagia pada padi (Nilaparvata
lugens)
Kelebihan
penggunaan varietas tahan :
- Penggunaannya praktis dan mmenguntungkan secara ekonomi.
- Sasaran pengendalian yang spesifik
- Efektivitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten
terhadap populasi
- Kompabilitas dengan komponen PHT lainnya.
- Dampak pada lingkungan terbatas.
Kekurangan
penggunaan varietas yang tahan:
- Varietas yang tahan daya tahannya terbatas hanya spesies hama
tertentu
- Varietas belum tentu disenangi oleh petani
- Memperkenalkan varietas tahan memerlukan waktu untuk
penyuluhan.
- Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh varietas tahan cukup
besar.
-Tidak mudah menggabungkan ketahanan suatu varietas / plasma
nuftah kedalam varietas baru.
-Dapat menghasilkan biotipe baru pada serangga hama.
3)
Toleransi
Adalah
kemampuan tanaman untuk tumbuh atau sembuh kembali dari kerusakan yang
disebabkan oleh serangga hama. Sehingga serangga hama tidak berpengaruh pada
hasil.
Mekanisme
toleransi dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut:
-Kekuatan tanaman secara umum.
-Pertumbuhan kembali jaringan yang rusak.
-Ketegaran batang dari perebahan.
-Produksi cabang-cabang tambahan.
-Pemanfaatan lebih efisien oleh serangga.
3.
Pengendalian Fisik & Mekanik
·
Pengendalian Fisik
Merupakan usaha dengan menggunakan atau mengubah faktor
lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat mematikan atau menurunkan
populasi hama yang ditujukan khusus untuk membunuh hama.
Beberapa
perlakuan atau tindakan yang termasuk pengendalian fisik antara lain:
a.
Perlakuan Panas
Perlakuan
dengan panas yang paling berhasil apabila dilakukan pada ruang tertutup.
Seperti di gudang penyimpanan untuk mematikan hama gudang.
b.
Penggunaan Lampu Perangkap
Ditujukan
sebagai alat memonitoring serangga juga dapat digunakan sebagai alat pengendali
terutama untuk mengurangi populasi serangga hama.
c .
Penghalang atau Barrier
Dimaksudkan
untuk membatasi pergerakan serangga hama sehingga tidak menjadi masalah bagi
petani. Berbagai bentuk penghalang misalnya berupa pemtang yang ditinggikan,
adanya lubang atau selokan jebakan yang dibuat disekeliling pertanaman. buah
yang di bungkus dimaksudkan untuk mencegah serangga meletakkan telur pada buah
tersebut.
Contoh
: Nangka yang dibungkus, untuk mencegah lalat buah meletakkan telur.
·
Pengendalian Secara Mekanik
Bertujuan
untuk mematikan hama secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan
alat atau bahan lain.
Cara
pengendalian secara mekanik antara lain:
-Pengambilan dengan tangan, cara ini merupakan teknik yang
paling sederhana dan murah.
Contoh : Tryporiza innotata kelompok
telurnya dikumpul.
-Gropyokan, cara ini untuk mematikan tikus baik yang ada di
dalam sarang maupun yang berada di luar sarang, dengan menggunakan alat
pemukul.-Memasang perangkap, serangga dapat diperangkap dengan
menggunakan berbagai jenis perangkap, seperti lem lalat dan perangkap tikus.-Pengusiran, orang-orangan sawah untuk mengusir burung atau
dengan bunyi-bunyian.
Kelebihan dan kekurangan pengendalian
secara fisik dan mekanik :
-Tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
-Dapat dipadukan dengan cara pengendalian lainnya.
-Memerlukan tenaga yang banyak
-Tidak dapat dilakukan untuk lokasi yang luas secara
kontinyu.
4.
Pengendalian Secara Biologi (Hayati)
Pengendalian hayati adalah
suatu pengendalian hama yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau
memanipulasi musuh-musuh alami untuk menurunkan populasi hama.
Pengendalian hayati dalam
pengertian ekologi didefinisikan sebagai pegaturan populasi organisme dengan
musuh-musuh alami hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada dibawah
rata-ratanya atau lebih rendah di bandingkan apabila musuh alami tidak ada.
Pengendalian alami adalah
merupakan proses pengendalian yang berjalan dengan sendiri tanpa ada campur
tangan manusia. Pengendalian alami terjadi tidak hanya karena bekerjanya
musuh-musuh alami tetapi juga karena bekerjanya komponen-komponen ekosistem.
Komponen-komponen
pengendalian hayati dapat berupa :
a.
Parasitoid dan Parasit
Parasit adalah binatang atau organisme yang hidup
didalam atau pada organisme lain yang lebih besar yang merupakan inangnya.
Karena memakan atau menghisap cairan inangnya.
Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga
lain. Pada parasitoid yang bertindak sebagai parasit adalah stadia pradewasa,
sedangkan imagonya hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya.
Faktor-faktor
yang mendukung efektivitas pengendalian dengan parasitoid yaitu :
-Daya kelangsungan hidupnya baik
-Hanya satu atau sedikit individu inang yang diperlukan untuk
melengkapi siklus hidupnya.
-Populasi parasitoid dapat bertahan meskipun dalam keadaan
populasi yang rendah.
-Memiliki inang yang sempit.
-Kelemahan parasitoid sebagai pengendali:
-Daya cari inang seringkali dipengaruhi
oleh cuaca
-Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang
melakukan pencarian inang untuk
peletakan telur.
-Parasitoid yang memiliki daya cari inang biasanya jumlah
telurnya sedikit.
b.
Predator.
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan
memakan atau memangsa organisme yang lain.
Perbedaan
antara parasitoid dengan predator :
-Parasitoid umumnya nersifat monofag atau oligofag, sedangkan
predator bersifat poliphag.
-Parasitoid hanya memerlukan satu inang untuk perkembangannya,
sedangkan predator memerlukan
banyak mangsa untuk menyelesaikan siklus
hidupnya.
-Yang mencari inang pada parasitoid adalah imago betina,
sedangkan pada predator yang mencari
mangsa adalah jantan dan betina, juga
pradewasanya.
-Predator mematikan mangsa untuk dirinya, sedangkan parasitoid
mematikan inang untuk
keturunannya.
-Parasitoid ukuran tunuhnya lebih kecil dibanding inangnya,,
predator ukuran tubuhnya lebih besar
dari mangsanya.
-Metamorfosis parasitoid adalah sempurna, sedangkan predator ada
yang sempurna dan tidak
sempurna.
-Parasitoid memarasit inangya pada stadia tertentu, misalnya
larva. Sedangkan predator memangsa
semua stadia perkembangan mangsanya.
-Parasitoid mematikan inangya memerlukan waktu yang agak lama,
predator mematikan mangsanya
dalam waktu yang singkat.
c.
Patogen
Serangga seperti juga organisme lainnya dalam hidupnya juga
diserang oleh banyak patogen atau penyakit yang disebabkan oleh: Virus,
Cendawan, Bakteri, Nematoda, dan Protozoa.
Beberapa
patogen yang dalam kondisi lingkungan tertentu merupakan faktor mortalitas
utama pada populasi serangga. Oleh karena kemampuannya membunuh serangga hama
sehingga sejak lama patogen digunakan dalam pengendlian hayati
4. Penerapan Pengendalian Hayati
1)
Introduksi
Introduksi artinya memasukkan atau mengimpor musuh alami
dari suatu daerah atau negeri ke daerah lain sering kali cara ini
disebut sebagai cara klasik
Contoh
: Introduksi Tetrastichus
brontispae untuk mengendalikan Brontispa longissimadari pulau Jawa ke Sulawesi Selatan.
Introduksi Curinus coreolius dari
Hawaii untuk mengendalikan Heteropsylla
cubana (kutu loncat) di indonesia.
2)
Augmentasi
Augmentasi merupakan teknik penambahan musuh alami secara
periodik dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah dan pengaruh musuh alami
3)
Konservasi
Konservasi merupakan
usaha untuk mempertahankan atau melestrarikan musuh lami yang telah ada di
suatu daerah . tekhnik ini bnertujuan untuk menghindarkan tindakan yang dapat
menurunkan populasi musuh alami conto penggunaan pestisida.
5.
Pengendalian
Secara Kimiawi
Penggunaan
pestisida kimia dalam pengendalian hama tanaman saat ini banyak menimbulkan
dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas
terlihat, selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus juga dapat
menyebabkan resistensi hama dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada
produk hasil pertanian yang bisa berbahaya apabila dikonsumsi manusia. Oleh
karena itu diperlukan upaya pengendalian hama secara ramah lingkungan, seperti
penggunan pestisida nabati atau biopestisida.
Selain dengan
pestisida nabati ada salah satu cara pengendalian hama tanaman secara ramah
lingkungan yaitu dengan memanfaatkan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam
tumbuhan dan serangga (hama). Serangga menggunakan senyawa kimia untuk
berkomunikasi dengan serangga lain, demikian juga dengan tumbuhan memiliki
senyawa kimia yang dikeluarkan untuk menarik serangga penyerbuk (attractant),
ataupun untuk mempertahankan diri (protectant). Dengan memanipulasi
senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh serangga ataupun tanaman diharapkan akan
dapat menurunkan populasi hama dengan cara menghambat kehadiran hama tersebut dalam
suatu areal pertanaman budidaya. Senyawa-senyawa kimia yang digunakan oleh
serangga untuk berkomunikasi dengan serangga lain ataupun dengan tumbuhan
diantaranya adalah:
1)
Feromon, merupakan bahan yang
disekresikan oleh organisme, dan berguna untuk berkomunikasi secara kimia
dengan sesamanya dalam spesies yang sama. Berdasarkan fungsinya ada dua
kelompok feromon yaitu:
a.
Feromon “releaser”, yang memberikan pengaruh
langsung terhadap sistem syaraf pusat individu penerima untuk menghasilkan
respon tingkah laku dengan segera. Feromon ini terdiri atas tiga jenis, yaitu
feromon seks, feromon jejak, dan feromon alarm.
b.
Feromon primer, yang berpengaruh terhadap system
syaraf endokrin dan reproduksi individu penerima sehingga menyebabkan
perubahan-perubahan fisiologis.
2)
Allomon, adalah suatu senyawa kimia
atau campuran senyawa kimia yang dilepas oleh suatu organisme dan menimbulkan
respon pada individu spesies lain. Organisme pelepas memperoleh keuntungan,
sedang penerimanya dirugikan. Bagi tumbuhan, allomon ini dapat dipakai sebagai
sifat pertahanan dari serangan serangga herbivora. Allomon dapat juga
dilepaskan oleh serangga untuk menolak predator.
3) Kairomon,
adalah suatu senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang dilepas oleh suatu
organisme dan menimbulkan respon fisiologis dan perilaku pada individu spesies
lain. Senyawa kimia tersebut menimbulkan keuntungan adaptif bagi serangga,
individu penerima. Sebagai contoh adalah kairomon yang dihasilkan tanaman
jagung, yaitu tricosan, yang dapat menarikTrichogramma evanescens agar dapat menemukan inangnya, yaitu
telurHelicoverpa zea.
4) Apneumon, adalah senyawa kimia yang menjadi penghubung antara serangga dengan
benda mati. Serangga tersebut terus berkembang biak dengan suburnya dan menjadi
makanan beberapa spesies predator.
5) Sinomon, adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme yang dapat
menimbulkan respon fisiologis atau perilaku yang memberikan keuntungan adaptif
pada kedua belah pihak.
6.
Pengendalian
Hama Terpadu
Pengendalian
hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada
pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan
agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini,
konsepsi PHT telah sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis. Konsep PHT
muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama
secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida
dalam kerangka penerapan PHT secara konvensional ini menimbulkan dampak negatif
yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat
penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan.
Pelaksanaan
program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management)
merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat
dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian
lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang
memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah satu pertimbangan
dasar, pentingnya melakukan introduksi teknologi PHT, adalah adanya pergeseran
strategi pembangunan dari pendekatan pertumbuhan, top down, dan
bersifat jangka pendek (pola pembangunan konvensional) ke arah pendekatan pembangunan
pemerataan, partisipatif, jangka panjang dan berkelanjutan yang disebut pola
pembangunan berkelanjutan
Penggunaan PESTISIDA dan PUPUK KIMIA menjadi hal
yang penting dalam dunia pertanian saat ini,namun ternyata
penggunaan yang berlangsung secara terus menerus dan dalam dosis yang tinggi
akhirnya penggunaan bahan kimia tidak lagi memberikan solusi peningkatan
hasil-hasil pertanian.
BAB III
PENUTUP
1. Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara
ekonomik merugikan manusia.
2. Pendekatan pengendalian dapat berupa proaktif dan reaktif
3. Beberapa
bentuk pengendalian hama tanaman yaitu :
·
Pengendalian secara Bercocok Tanam
·
Pengendalian dengan Varietas Tahan
·
Pengendalian secara Fisik dan Mekanik
·
Pengendalian secara Biologi (Hayati)
·
Pengendalian secara Kimiawi
·
Pengelolaan Hama Terpadu
4.
Teknik pengendalian hama secara
bercocok tanam terdiri dari sanitasi, pengolahan tanah, pengairan,pergiliran
tanaman, penanaman
serentak, pengaturan jarak tanam, pemupukan, penanaman tanaman perangkap, dan tumpang
sari
3.2 Saran
Adapun
saran penulis kepada pembaca khususnya para petani agar dapat melakukan
pengendalian hama dengan baik dan benar tanpa mematikan sepesies itu sendiri
dan juga tidak merusak lingkungan sekitarnya.
Selain
dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena penulis
masih dalam proses pembelajaran. Dan penulis harapkan dengan adanya makalah ini
dapat menjadikan wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberikan saran
yang sifatnya membangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar